Insiden
runtuhnya terowong di area pelatihan Big Gossan yang terjadi 14 Mei lalu, membuat sejumlah kalangan bertanya-tanya soal seberapa tinggi
runtuhnya dan keselamatan kerja di tambang PT Freeport Indonesia.Dalam keterangan tertulisnya, Selasa (11/6/2013),
perusahaan tambang asal Amerika Serikat tersebut (AS) mengungkapkan
fakta-fakta terkait aspek keselamatan dan keamanan di tambang emas yang
berada di Papua itu.
Menurut laporan Mine Safety and Health Administration (MSHA) Amerika Serikat, pada tahun 2012 jumlah
Total Reportable Incident Rate
(TRIR) (termasuk kontraktor) adalah 0,29 per 200 ribu jam kerja,
dibandingkan dengan rata-rata industri pertambangan logam yang mencapai
2,21.
Selama lima tahun terakhir, sejak 2008-2012, jumlah TRIR
rata-rata Freeport Indonesia adalah 0,32; di mana pada periode waktu
yang sama jumlah TRIR industri pertambangan logam adalah 2,56, sesuai
data MSHA.
Freeport Indonesia merupakan anak perusahaan dari
Freeport-McMoRan Copper & Gold (FCX). FCX adalah perusahaan
penghasil tembaga terbesar di dunia milik publik yang memiliki komitmen
kuat terhadap keselamatan pekerjanya yang tersebar di berbagai negara di
dunia.
Melalui keanggotaannya di International Council of Metals
and Mining (ICMM), FCX berkomitmen untuk menerapkan standar tingkat
keselamatan tertinggi dan pengembangan berkelanjutan di industri
pertambangan global. Sistem manajemen keselamatan Freeport Indonesia
bersertifikat OHSAS 18001 (standar internasional untuk kesehatan dan
keselamatan).
"Program keselamatan PTFI dirancang berdasarkan
standar internasional tertinggi dan juga termasuk sistem manajemen yang
mengadaptasi praktik-praktik terbaik dalam industri pertambangan
internasional," jelas Vice President Corporate Communications Freeport
Daisy Primayanti.
Daisy menyatakan pihaknya memahami usaha
pertambangan adalah kegiatan yang berbahaya, untuk itu perseroan telah
mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mengurangi risiko kerja
tersebut dan menjaga keselamatan pekerja.
Menurut dia, keselamatan
adalah tanggung jawab langsung dari pihak manajemen, bersifat
instruksional yang harus dipatuhi dengan seksama dan harus dilaksanakan
oleh pekerja yang berada dalam struktur formal perusahaan. Pelaksanaan
program keselamatan ini dimulai dengan menjalankan kebijakan keselamatan
dan kesehatan perusahaan.
Selain itu Dewan Komisaris perusahaan
mengharuskan dilakukan audit komprehensif untuk memastikan bahwa sistem
manajemen keselamatan berjalan dengan efektif, kelemahan yang ada dapat
teridentifikasi dan sumber daya yang ada telah digunakan untukmencapai
tujuan perusahaan.
Audit independen yang dilakukan turut
dilengkapi juga dengan audit keselamatan internal dan inspeksi yang
berfokus pada bahaya tertentu atau pada kegiatan operasi yang
performanya di bawah standar keselamatan.
"Program keselamatan perusahaan telah dirancang untuk mengurangi insiden dan menghindari risiko kematian," jelas dia.
Daisy
mengakui pihaknya sampai saat ini masih berduka atas meninggalnya 28
pekerja perseroan akibat insiden tragis yang terjadi di terowongan bawah
tanah yang berada di luar area kegiatan pertambangan aktif perseroan di
Papua.
"Kami terus bekerja sama dengan pihak pemerintah Republik
Indonesia demi memastikan keselamatan para pekerja dan mencegah
terulangnya kejadian yang serupa di masa datang," ujarnya.
Daisy
menuturkan, insiden yang terjadi di bulan Mei 2013 kemarin merupakan hal
yang sama sekali tidak terduga dan kini, pihak perusahaan, para ahli
internasional beserta pihak Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
(ESDM) dan tim independen yang sudah ditunjuk oleh pihak kementerian
tengah melakukan investigasi yang menyeluruh dan rinci terkait dengan
kecelakaan tersebut.
Kepala Teknik Tambang Freeport Indonesia
Nurhadi Sabirin menyatakan, tim internal PTFI telah merampungkan
inspeksi keselamatan. Prioritas utama perseroan saat ini adalah
melakukan inspeksi terhadap fasilitas-fasilitas permanen yang berada
dalam kompleks bawah tanah perusahaan dan di semua daerah yang memiliki
tingkat kepadatan yang lebih tinggi, seperti aula makan, tempat ibadah,
bengkel, gudang, area pertambangan dan pintu masuk utama.
Hal ini
dilakukan untuk memastikan semua fasilitas bawah tanah berada dalam
kondisi stabil, memadai dan dapat memberikan area kerja yang nyaman bagi
pekerja sehingga mereka dapat menyelesaikan pekerjaan dengan aman.
"Sementara
itu, hasil pemeriksaan tim internal kami menunjukkan fasilitas utama di
tambang bawah tanah secara umum dinyatakan aman untuk digunakan,"
ungkap dia.
Namun, lanjut dia, hingga kini masih ada beberapa
fasilitas yang perlu ditutup sementara untuk pemeriksaan lanjutan serta
perbaikan sesuai dengan standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
Saat ini Freeport terus melakukan evaluasi dan peninjauan lanjutan
terkait aspek keselamatan dan keamanan area kerja.
“Kami terus
menekankan pentingnya keselamatan kerja, memastikan seluruh rekan kerja
tetap fokus pada keselamatan kerja dan mematuhi semua ketentuan K3 yang
berlaku di area operasi PTFI agar terhindar dari kecelakaan kerja,” kata
Nurhadi.
sumber
Thanks for reading:
Fakta tentang PT Freeport