Bayangkan kalau Anda bekerja di sebuah perusahaan dan Anda bebas
memilih tugas Anda sendiri. Tidak perlu lagi mengerjakan tugas dari bos
yang sebenarnya Anda benci. Tidak perlu lagi sering menanti waktu
pulang. Bahkan, karena melakukan hal yang Anda sukai, bisa-bisa Anda
terus berada di kantor! Namun, mungkinkah itu terjadi? Kalau Anda
bekerja di GitHub, jawabannya iya. GitHub, sebuah perusahaan penyedia
jasa kolaborasi open source terbesar di dunia telah membuktikan konsep
baru di dunia manajemen ini. Karena karyawan hanya melakukan hal-hal
yang ingin mereka lakukan, secara otomatis produktivitas mereka akan
meningkat dan bisa memberi yang terbaik untuk perusahaan. Inilah rahasia
dari GitHub bisa tumbuh menjadi perusahaan yang menjadi bagian tidak
terpisahkan dan sangat dibutuhkan oleh programmer dari seluruh dunia.
Konsep Open Allocation
GitHub adalah platform kolaborasi untuk pengembang software,
digunakan oleh lebih dari 3 juta orang tiap bulannya. Baru-baru saja,
GitHub telah mendapatkan investasi senilai 100 Juta Dollar, kebanyakan
dari Andreessen-Horowitz, venture capital kenamaan dari Amerika.
Andreessen-Horowitz sangat senang dengan perkembangan cepat dan inovasi
yang dilakukan oleh GitHub. Ternyata, budaya yang dikembangkan di GitHub
sangat mirip dengan produk yang dikembangkannya. Mereka menyediakan
platform open source untuk penggunanya, dan mengerjakannya dengan open
allocation, sebuah konsep manajemen baru yang sangat berbeda dengan gaya
manajemen yang biasa kita pakai.
Apabila sebuah proyek atau tugas biasanya diberikan oleh para manajer
untuk karyawannya, dan sang karyawan harus mau tidak mau
mengerjakannya, maka konsep open allocation yang diusung GitHub ini
mengambil pendekatan berbeda. Manajer akan menempatkan sebuah proyek
atau tugas di software kolaborasi GitHub, kemudian karyawan GitHub bisa
bebas memilih ingin mengerjakan proyek yang mana. Strategi ini mampu
menaikkan produktivitas karyawan, dan bahkan menjadi daya tarik karyawan
berkualitas dari perusahaan lain. Contohnya salah seorang ahli UX
Chrissie Brodigan yang baru saja diangkat dari Mozilla, dia sangat
senang karena saat ini mengerjakan software evaluasi UX yang dia sebut
deprivation testing, yang menurut dia sangat keren. Chrissie tidak
sendirian, menurut karyawan GitHub, hal yang paling menarik dari konsep
open allocation adalah mereka bisa mengerjakan proyek yang mereka anggap
keren, memberi dedikasi lebih pada perusahaan.
Kenapa Open Allocation Penting?
Meskipun terdengar tidak masuk akal, konsep open allocation juga
dilakukan di perusahaan besar seperti Google. Semua karyawan Google
disarankan menggunakan 20% waktunya untuk mengerjakan proyek yang mereka
anggap keren. Hasilnya? Google Chrome, salah satu browser paling
populer di dunia, awalnya dikembangkan oleh karyawan yang frustasi
karena browsernya lambat, hingga menggunakan 20% waktunya untuk
melakukan pengembangan awal Google Chrome. Selain Chrome, masih ada
Gmail, AdSense, dan berbagai produk paling penting Google dihasilkan
dari open allocation yang mereka lakukan. Tim Studentpreneur telah
menyusun beberapa manfaat utama dari open allocation.
- Membuat budaya inovasi lebih cepat dan kuat
GitHub dan Google telah membuktikannya. Dengan hanya bekerja pada
proyek-proyek yang mereka anggap keren dan penting, karyawan memberikan
seluruh kemampuannya pada perusahaan. Selain itu, karena tidak dibatasi
oleh aturan-aturan yang terlalu mengikat, karyawan jadi bisa lebih
kreatif dan menelurkan ide-ide yang berguna untuk perusahaan.
Seringkali, produk-produk paling inovatif di GitHub (serta Google)
tercipta karena budaya open allocation ini.
Tidak perlu lagi mengerjakan tugas membosankan dari bos yang
menyebalkan. Selain bersenang-senang di rumah dan waktu luang, karyawan
juga bisa bersenang-senang, ups, bekerja di kantor sesuai dengan apa
yang ingin mereka kerjakan. Karyawan menjadi bahagia karena mereka hanya
mengerjakan hal-hal yang membuat mereka bahagia. Keuntungan bagi
perusahaan? Karyawan yang bahagia akan memberikan produktivitas dan
hasil lebih bagi perusahaan.
- Mendapatkan talenta yang lebih kuat
Seperti contoh Chrissie di atas, budaya open culture sangat disukai
oleh anak muda. Survey membuktikan bahwa anak muda tidak suka perusahaan
dengan hirarki yang tinggi. Mereka ingin perusahaan yang bergerak
cepat, dengan keterbukaan dan kesempatan yang sama untuk sukses. Open
allocation membuat karyawan mempunyai kesempatan sukses yang sama karena
mereka bisa mengeluarkan kemampuan 100% mengerjakan hal-hal yang mereka
inginkan.
- Pengembangan karyawan jadi lebih mudah
Dengan pemotongan hirarki, pelatihan karyawan menjadi hal yang lebih
mudah bagi perusahaan. Kini, perusahaan bisa melatih karyawan sesuai
dengan apa yang mereka butuhkan. Dengan karyawan mempunyai kemampuan
yang mereka butuhkan, dan mengerjakan apa yang mereka inginkan, maka
hasil jadinya akan lebih berguna bagi perusahaan.
Konsep Open Allocation memang sangat baru dalam dunia manajemen.
Meskipun belum ada jaminan konsep ini bisa berjalan di semua perusahaan,
GitHub dan Google telah membuktikan keberhasilannya. Beranikah Anda
mencobanya Sobat Studentpreneur?
Sumber
Thanks for reading:
GitHub Merevolusi Cara Perusahaan Bekerja dan Berinovasi