Setiap hari kamis ke-4 bulan November (atau tanggal 28 November di tahun
2013 ini) rakyat Amerika Serikat berkumpul bersama keluarga, makan
bersama sambil mengucap doa terima kasih. Inilah hari raya Thanksgiving,
jadi salah satu perayaan yang populer di sana. Padahal selama ini
tradisi tersebut berasal dari sejarah yang sangat kelam.
Kisahnya berawal pada 1614, koloni Inggris berlayar pulang ke kampung
halaman sambil membawa orang-orang dari suku Patuxet (penduduk asli
Amerika yang kemudian disebut "Indian") sebagai budak.
 |
Foto: wikimedia.org |
Di saat yang sama, koloni tersebut meninggalkan 'warisan' berupa cacar
air pada penduduk Patuxet di tanah air mereka, Amerika. Hanya tersisa
satu orang yang selamat, Squanto. Pria Indian yang bisa bahasa Inggris
ini akhirnya mengajarkan cara menanam jagung dan menangkap ikan pada
koloni yang datang lagi ke wilayahnya (sekarang di Massachussets Bay).
Squanto pula yang jadi negosiator perdamaian antara koloni Inggris
dengan suku Wampanoag. Mereka semua mengadakan pesta makan besar untuk
menghormati Squanto dan Wampanoags - dasar inilah yang dipakai pelajaran
sejarah Amerika Serikat soal hari raya Thanksgiving.
Apa yang terjadi kemudian? Kabar soal benua baru bagaikan surga menyebar
di seantero Inggris, akibatnya makin banyak rombongan koloni datang ke
Amerika. Mereka melihat tak ada pagar atau benteng pembatas wilayah
sehingga menganggap tempat baru ini jadi milik umum. Para koloni itu
merampas tanah milik penduduk asli serta memperbudak mereka.
Hal ini menimbulkan kemarahan suku Pequot yang tidak mau menerima
keputusan damai yang telah dibuat Squanto sebelumnya. Meletuslah perang
besar pertama antara Indian dan para koboi sekaligus menjadi perang
paling berdarah dalam sejarah pendudukan Amerika.
Di tahun 1637 lebih dari 700 pria, wanita, dan anak-anak suku Pequot
berkumpul merayakan Festival Green Corn (kemungkinan sekitar akhir
November, tanggal yang dipakai sekarang sebagai hari Thanksgiving).
Ketika mereka kelelahan usai pesta dan tertidur, pasukan Inggris dan
tentara bayaran dari Belanda mengepung suku Pequot.
Semua lelaki ditembak dan dipukul sampai mati, sementara wanita dan
anak-anak bersembunyi ketakutan dalam rumah mereka. Tanpa kenal kasihan,
mereka dibakar hidup-hidup.
 |
Foto:infowars.com |
Keesokan harinya, Gubernur Massachusetts Bay Colony menyatakan "A Day Of
Thanksgiving" karena 700 pria bersenjata, perempuan dan anak-anak telah
dibunuh.
Sejak itu, pembantian terhadap Indian terus berlanjut di berbagai
tempat. Setiap berhasil membantai sebuah perkampungan, gereja-gereja di
tempat koloni mengumumkan untuk merayakan "Thanksgiving". Selama hari
pesta, kepala orang Indian yang dipenggal ditendang-tendang di jalanan
seperti bola sepak.
Penghianatan juga diberlakukan pada suku Wampanoags, mereka semua
dipenggal dengan kepalanya tertancap di tiang-tiang Plymouth,
Massachusetts. Bahkan dipamerkan terus selama 24 tahun.
 |
Foto:sacredyoniflower.com |
Pembantaian suku-suku Indian semakin menggila di berbagai tempat,
berbarengan dengan perayaan Thanksgiving sesudahnya. Hingga akhirnya
George Washington menyarankan hanya satu tanggal saja dipakai untuk
merayakannya. Kemudian Abraham Lincoln memutuskan Hari Thanksgiving
menjadi hari libur nasional selama Perang Saudara - pada hari yang sama
ia memerintahkan pasukan membantai suku Sioux yang kelaparan di
Minnesota (lihat film "Dances With Wolves").
Demikianlah asal-muasal Thanksgiving yang sebenarnya. Karenanya begitu
media-media sekarang begitu gencar mengumumkan hari tersebut, atau
kenalan-kenalan di jejaring sosial berkicau, "Happy Thanksgiving Day!"
sebaliknya muncul keresahan beberapa guru sejarah di Amerika, betapa
sulitnya membuka tabir ini sambil melihat kesedihan terpancar jelas dari
wajah murid-murid yang asli atau keturunan Indian-Amerika. Inilah
sebuah perayaan pembasmian penduduk asli Amerika.
Sumber
Thanks for reading:
Thanksgiving, Sebuah Hari Raya Pembantaian