Misteri Insiden Dyatlov Pass yang Belum Pernah Terpecahkan-55 tahun yang lalu di bulan februari, bagian utara Ural menjadi tuan
rumah bagi salah satu misteri yang belum terpecahkan hingga saat ini.
Foto terakhir yang diketahui dari para pendaki
Misteri tersebut adalah apa yang dikenal oleh masyarakat luas sebagai
Insiden Dyatlov Pass, yang biasanya hanya dijelaskan: Dari sepuluh
pe-ski yang melakukan pendakian (selanjutnya disebut pendaki), sembilan
tewas di tengah perjalanan yang sulit dan dalam kondisi yang mencapai
-30 derajat Celcius.
Tapi rincian peristiwa tersebut, yang sebagian besar didasarkan pada
buku harian mereka yang terlibat mencari para korban serta catatan dari
para peneliti Soviet, sungguh-sungguh mengerikan.
Pada malam tanggal 2 Februari 1959, para pendaki ini tampaknya merobek
tenda mereka dari dalam, dan bergerak ke area pepohonan tanpa mengenakan
apa-apa kecuali apa yang mereka kenakan saat mereka berangkat tidur.
Tiga minggu kemudian, lima mayat ditemukan oleh tim pencari, ratusan
meter menuruni lereng dari kamp di mana para korban bermalam. Butuh
waktu dua bulan lagi bagi para pencari untuk menemukan empat mayat
lainnya, yang anehnya, sebagian dari mereka memakai pakaian milik teman
mereka yang mayatnya telah ditemukan sebelumnya.
Setelah diselidiki lebih lanjut, pakaian tersebut terkena radiasi
tingkat tinggi. Disamping trauma internal yang berat, termasuk tengkorak
retak dan patah tulang rusuk, yang diderita oleh beberapa anggota
pendaki itu, penyelidik Rusia (sovyet saat itu) melaporkan bahwa mereka
tidak bisa menemukan bukti tindak pidana dan dengan cepat menutup kasus
ini.
Kelompok pendaki ini terdiri dari mahasiswa dan alumni dari Ural State
Technical University, yang semuanya berpengalaman dalam ekspedisi ke
pedalaman.
Ekspedisi yang dipimpin oleh Igor Dyatlov (23 tahun) ini, dimaksudkan
untuk mengeksplorasi lereng gunung Otorten di bagian utara dari
pegunungan Ural, dan mereka berangkat pada tanggal 28 Januari 1959.
Yury Yudin (satu-satunya anggota ekspedisi yang selamat) jatuh sakit
sebelum mereka berhasil sepenuhnya masuk ke pedalaman, dan tetap tinggal
di desa yang paling akhir mereka lalui.
Sembilan lainnya melanjutkan perjalanan mereka dengan berjalan kaki dan
sesuai dengan foto-foto yang ditemukan oleh tim pencari, kelompok
Dyatlov ini mendirikan tenda di sore hari tanggal 2 Februari di lereng
gunung Ortoten.
Yuri Yudin, tengah, dipeluk oleh Lyudmila Dubinina saat ia bersiap untuk
meninggalkan Yuri karena sakit dan justru hal ini yang menyelamatkan
Yuri dari kematian.
Gunung ini dikenal masyarakat lokal, suku Mansi, sebagai Kholat Syakhl, yang sebenarnya memiliki arti "Gunung kematian".
Keputusan para pendaki untuk berkemah di lereng gunung dianggap tidak
masuk akal. Kelompok ini dilaporkan hanya sekitar satu mil dari
pepohonan, di mana mereka bisa menemukan setidaknya sedikit perlindungan
dalam kondisi dibawah nol derajat celcius.
Mereka tampaknya tidak ingin membuang waktu, dan mendirikan tenda di
lereng gunung daripada di dalam hutan yang berada lebih dibawah.
"Dyatlov mungkin tidak ingin kehilangan waktu mereka yang terbatas, atau
ia memutuskan untuk berlatih berkemah di lereng gunung", kata Yudin
kepada St Petersburg Times pada tahun 2008.
Para pendaki mendirikan tenda pada 2 Februari 1959 dalam foto
yang diambil dari satu rol film yang ditemukan oleh penyidik.
Pendirian tenda tersebut adalah pendirian tenda terakhir mereka. Dyatlov
sebelumnya mengatakan bahwa tim nya direncanakan akan kembali pada
tanggal 12 Februari tahun itu, tetapi juga mengatakan bahwa tim nya
mungkin memakan waktu lebih lama dari yang direncanakan.
Setelah dirasa cukup lama tidak ada kabar berita dari tim tersebut maka
sekitar tanggal 20 Februari tim pencari pun dikirim untuk mencari mereka
dan pada tanggal 26 Februari, bekas tenda mereka ditemukan oleh tim
relawan pencarian dan penyelamatan (tim SAR), masih dipenuhi dengan
semua pakaian, seluruh peralatan yang dibutuhkan untuk kelangsungan
hidup selama sisa perjalanan.
Tenda para pendaki setelah tim penyelamat menemukannya pada tanggal 26 Februari 1959.
Ditemukan telah dibuka paksa dari dalam.
Ketika penyelidik resmi tiba, mereka mencatat bahwa tenda telah dirobek
dari dalam, dan menemukan jejak-jejak kaki dari delapan atau sembilan
orang meninggalkan tenda yang mengarah ke lereng bawah ke arah
pepohonan.
Menurut penyelidik, sepatu dan peralatan para pendaki tertinggal, dan
jejak kaki mereka mengisaratkan beberapa orang bertelanjang kaki atau
tidak memakai apa-apa kecuali kaus kaki.
Dengan kata lain, mereka semua tergesa-gesa keluar dari tenda mereka dan
berlari melalui salju yang sedalam lutut. Anehnya tidak ada bukti orang
lain atau rencana jahat diantara para pendaki.
Dua mayat pertama ditemukan di pepohonan, di bawah pohon pinus besar.
Ingat bahwa pepohonan ini sekitar satu mil jauhnya dari tenda mereka.
Penyelidik menulis bahwa jejak kaki menghilang sekitar sepertiga jalan
menuju ke tempat dua mayat ini, meskipun hal ini bisa saja karena cuaca
dalam tiga minggu yang dibutuhkan untuk penyidik tiba.
Dua mayat ini hanya mengenakan pakaian dalam mereka, dan keduanya
bertelanjang kaki. Menurut laporan, cabang-cabang yang patah di pohon
tersebut, menunjukkan ada orang yang mencoba untuk memanjatnya.
Sisa-sisa api tergeletak di dekatnya.
Tiga mayat lagi, yang salah satunya adalah Dyatlov, ditemukan tercecer
di tempat-tempat antara tenda dan pohon pinus besar tersebut, dan
terbaring seolah-olah mereka ingin kembali ke tenda.
Salah satunya, Rustem Slobodin, tengkoraknya retak, meskipun dokter
menyatakan itu non-fatal, dan investigasi kriminal ditutup setelah
dokter memutuskan kelimanya meninggal karena hipotermia.
Dua bulan berlalu sampai empat mayat yang tersisa ditemukan terkubur di
bawah salju setebal 4 meter di sebuah liang beberapa ratus kaki di bawah
lereng dekat pohon pinus besar tersebut diatas.
Dibandingkan lima mayat yang telah ditemukan sebelumnya, kondisi empat
mayat ini lebih mengerikan. Keempatnya mengalami kematian traumatis,
meskipun tidak ada penampilan trauma luar atau luka luar.
Pertama, Nicolas Thibeaux dan Brignollel tengkoraknya retak. Alexander
Zolotariov dan Ludmila Dubinina ditemukan dengan lidah dan mata mereka
hilang serta tulang rusuk mereka hancur.
Ada kemungkinan bahwa empat orang ini mencari bantuan dan kemudian
mereka jatuh ke liang. Tapi itu tidak menjelaskan lidah dana mata
Dubinina dan Zolotariov yang hilang. Beberapa orang pada saat itu
berpendapat para pendaki ini telah diserang oleh suku Mansi, namun
laporan koroner pada saat itu menyatakan bahwa untuk membuat trauma
seperti yang ditemukan pada korban, dibutuhkan kekuatan lebih besar dari
kekuatan manusia, terutama mengingat tidak ada trauma luar yang
menyertainya.
"Itu sama dengan efek dari kecelakaan mobil", kata Boris Vozrozhdenny,
salah satu dokter pada kasus ini, menurut dokumen yang dibuka kembali
oleh Times.
Dan anehnya lagi, empat mayat yang ditemukan terakhir ini memakai
pakaian/peralatan lebih lengkap daripada lima mayat yang ditemukan
sebelumnya. Jadi tampaknya mereka telah mengambil pakaian dari teman
mereka yang mungkin telah mati lebih dahulu dari mereka, dan kemudian
melanjutkan perjalanan tanpa tujuan.
Zolotariov, misalnya, ditemukan mengenakan mantel dan topi Dubinina,
sedangkan Dubinina sendiri kakinya dililit potongan celana wol dari yang
dipakai temannya yang mayatnya ditemukan di pohon pinus. Dan anehnya,
pakaian-pakaian yang dikenakan oleh keempat orang ini mengandung
radioaktif.
Radioaktivitas yang ditemukan pada pakaian memang sulit untuk
dijelaskan, tapi selebihnya, kasus ini dapat dijelaskan dengan
penjelasan yang lebih masuk akal daripada penjelasan yang melibatkan
alien atau percobaan nuklir pada orang yang sering dikaitkan pada
peristiwa ini.
Penjelasan yang paling mungkin adalah longsoran salju atau avalanchemenimpa tenda
mereka dan mengubur mereka dalam longsoran salju. Ini akan menjelaskan
mengapa tenda dirobek dari dalam dan sangat mungkin beberapa pendaki
mendapat trauma akibat longsoran.
Dan kemungkinan para pendaki terkubur lumayan lama sebelum mereka
berhasil keluar sendiri dan itulah yang mungkin menyebabkan beberapa
dari mereka mengalami hipotermia, dan mungkin delirium.
Hipotermia yang mereka alami inilah yang mungkin menyebabkan mengapa
lima mayat dari mereka berada di berbagai tempat antara tenda dan pohon
pinus besar. Pertanyaannya adalah: Mengapa 4 orang lainnya tidak kembali
ke tenda untuk mengambil peralatan yang diperlukan?
Sekali lagi, tanpa memperhitungkan adanya radioaktivitas yang ditemukan, skenario diatas adalah yang paling masuk akal.
Namun radioaktivitas yang ditemukan benar-benar aneh, seperti
penyelidikan itu sendiri. Dokumen yang berkaitan dengan kasus itu
disegel setelah kasus tersebut ditutup (dinyatakan selesai), dan tidak
pernah dibuka sampai sekitar tahun 1990-an.
Penyebab insiden tersebut masih spekulatif, dan wawancara terhadap
peneliti utama insiden itu, Lev Ivanov, pada waktu dokumen yang disegel
dibuka kembali, malah memperlihatkan betapa aneh dan misteriusnya kasus
ini.
Ivanov adalah orang yang pertama kali menemukan bahwa tubuh dan pakaian
yang ditemukan mengandung radioaktif, dan mengatakan bahwa Geiger
counter (detektor radiasi) yang dibawanya berbunyi menggila di lokasi
sekitar perkemahan.
Dia juga mengatakan bahwa para pejabat Soviet mengatakan kepadanya pada
waktu itu untuk menutup kasus tersebut, meskipun ada laporan bahwa "bola
terbang terang" telah dilaporkan di daerah tersebut pada bulan Februari
dan Maret tahun 1959.
"Saya menduga pada saat itu dan saya hampir yakin sekarang bahwa bola
terbang terang tersebut memiliki koneksi langsung terhadap kematian para
pendaki itu", kata Ivanov kepada koran Kazakh Leninsky dalam sebuah
wawancara.
Kelompok siswa lain yang berkemah sekitar 30 mil dari kelompok pendaki,
melaporkan penampakan serupa di waktu itu. Dalam kesaksian tertulis,
salah seorang siswa mengatakan bahwa ia melihat "Obyek melingkar
bersinar, terbang di atas desa dari barat daya ke timur laut. Cakram
bersinar itu terlihat seukuran bulan purnama, bercahaya putih kebiruan
dikelilingi oleh lingkaran cahaya biru. Lingkaran cahaya biru tersebut
berkelebat seperti kilatan petir. Ketika obyek tersebut menghilang di
balik cakrawala, langit menyala terang di tempat itu selama beberapa
menit".
Teori yang paling terkemuka, mengingat kerahasiaan kasus,
radioaktivitas, dan penampilan beberapa mayat yang dilaporkan terlihat
"sangat kecokelatan" oleh seorang anak muda yang menghadiri beberapa
pemakaman mereka, adalah bahwa kelompok pendaki itu entah bagaimana
menjadi ajang pengujian teknologi militer Soviet. Tapi, teori ini tetap
tidak dapat menjelaskan apa yang menyebabkan trauma pada beberapa
pendaki.
Ada kemungkinan bahwa salah satu anggota melihat beberapa cahaya yang
menakutkan di langit dan semua orang panik, kemudian lari, tapi tidak
pernah ada bukti ledakan di daerah tersebut, yang mengesampingkan
semacam uji coba nuklir atau sesuatu yang sejenis.
Tapi meskipun demikian, itu tidak menjelaskan patah tulang dan tengkorak
retak. Beberapa trauma memang dapat dijelaskan oleh jatuh ke dalam
liang, tapi ingat, Slobodin tengkoraknya retak dan ditemukan terbaring
menghadap kembali ke tenda.
Fakta bahwa sisa-sisa api ditemukan, menunjukkan bahwa beberapa pendaki
masih memiliki kontrol terhadap emosi mental mereka, dan psikosis memang
bukanlah efek dari paparan radiasi, tapi itu tidak menjelaskan mengapa
para pendaki tersebut berjalan tanpa membawa peralatan apapun dari tenda
mereka.
Skenario yang lebih sederhana dan mungkin terbaik adalah: Para pendaki
terkubur di longsoran salju, dan dalam keadaan hipotermia delirium,
bergegas pergi mencari bantuan. Longsoran salju yang sangat kuat,
kemungkinan bisa mengakibatkan jenis trauma yang beberapa dari pendaki
tersebut alami.
Namun, kurangnya kejelasan dari penyelidikan awal karena begitu cepatnya
kasus ini ditutup, telah membuat insiden ini sebagai target favorit
dari teori konspirasi dan pemburu alien. Dan memang insiden ini cukup
aneh dan misterius.
Sumber :
Thanks for reading:
Misteri Insiden Dyatlov Pass yang Belum Pernah Terpecahkan